Sabtu, 17 Desember 2016

pestisida dan pupuk alami

MACAM-MACAM PESTISIDA DAN PUPUK ALAMI

SUSU UNTUK CENDAWAN Susu merupakan sumber gizi paling baik untuk kesehatan. Namun susu ternyata juga bisa digunakan sebagai fungisida. Adapun resepnya adalah sebagai berikut : Aduk rata susu dan air dengan perbandingan 1 : 9. untuk mendapatkan larutan yang lebih kuat tambahkan susu sehingga perbandingan menjadi 50 : 50. Larutan ini dapat digunakan untuk mengatasi penyakit embun tepung pada labu maupun penyakit lain yang disebabkan oleh cendawan. Susu dan air yang diaplikasikan memacu pertumbuhan cendawan parasit pemakan cendawan ganas penyebab penyakit. Pemakaian cukup disemprotkan keseluruh tanaman dan pemakaiannya cukup 1 X per minggu. Disamping itu susu juga memacu pertumbuhan benih.

SODA KUE UNTUK FUNGISIDA Soda kue atau Natrium Bikarbonat (NaHCO3) biasanya dipakai untuk bahan tambahan kue agar cepat mengembang. Bahan tersebut ternyata dapat juga digunakan sebagai fungisida untuk menangkal serangan embun tepung. Penyakit ini di tandai dengan munculnya lapisan embun bertepung di permukaan daun. Cendawan dari jenis Oidium atau Erysiphe ini dapat menimbulkan kerugian cukup besar apabila tidak di kendalikan. Cara aplikasinya cukup mudah. Larutkan 5 gram soda kue dalam 1 liter lerutan sabun berkonsentrasi 0,5 %. Larutan sabun berfungsi sebagai pengubah permukaan larutan sehingga butiran semprotan lebih tahan lama di permukaan daun tanaman. Sabun juga mempercepat tembusnya lapisan kutikula yang berlapis lilin. Sedangkan bikarbonat berfungsi merusak dinding membran spora Oidium, yang akan mengakibatkan dehidrasi dan pada akhirnya cendawan akan mati.

BIJI BENGKUANG SEBAGAI INSEKTISIDA (Aphids/kutu-kutuan) Biji bengkuan mengandung racun pachyrizid. Senyawa ini mampu membasmi kutu-kutuan daun Aphid. Kutu ini bersifat polifag hingga mempunyai banyak tanaman inang. Kandungan racun pada biji bengkuan mencapai 0,12 % hingga 0,40 %. Bahkan pada biji tua yang kering kandungannya mencapai 0,65 %. Adapun aplikasinya cukup mudah, siapkan kurang lebih 50 butir biji bengkuang yang tua dan kering kemudian tumbuk halus menjadi tepung. Kemudian campurkan dengan air dan kemudian semprotkan ke seluruh bagian tanaman yang terserang.

KUNYIT DAN TEMULAWAK UNTUK CENDAWAN (Plasmodiophora Brassicae) PENYEBAB AKAR GADA Pengunaan kunyit karena senyawa yang terdapat pada umbi tersebut mampu merangsang pertumbuhan akar. Cara pembuatan : - Sediakan 15 – 20 rimpang kunyit dan temulawak dengan perbandingan 2 : 1 - Air 1 Liter - Kupas rimpang kunyit dan temulawak - Ditumbuk atau diblender. - Tambahkan air bersih kemudian disaring. Cara Penggunaan :

Sebelum disemai rendam benih kubis dalam larutan tersebut selama 30 menit. Selang 10 hari setelah tumbuh dalam bedengan siram kembali bibit tersebut. Kemudian sebelum pindah tanam lakukan perlakuan tersebut.

BAWANG PUTIH UNTUK INSEKTISIDA Bawang putih disamping untuk bumbu dapur ternyata juga mampu mengendalikan Thrips karena rasa dan aromanya tidak disukai jenis kutu-kutuan tersebut. Bahan : - 2 s/d 3 kg bawang putih - 1000 liter larutan pupuk Cara pembuatan dan aplikasi : Bawang putih dibuat ekstrak dengan cara di tumbuk atau diblender setelah berbentuk ekstrak kemudian diberi air dan campurkan ke dalam larutan pupuk organik. Setelah diaduk aduk hingga merata kocorkan larutan tadi pada tanaman kira-kira 200 CC. Pengaruh pemberian ekstrak bawang putih tersebut adalah aroma dari bawang putih tidak disukai oleh serangga tersebut. Ataupun dengan cara kultur teknis yaitu menanam tomat atau cabai ditumpangsarikan dengan bawang putih atau bawang merah.

KENIKIR SEBAGAI NEMATISIDA Kenikir ternyata tidak hanya merupakan tanaman penghias taman akan tetapi bermanfaat juga sebagai Nematisida pada tanaman tomat yang terserang Nematisida puru akar akar (NPA). Caranya bahan kenikir diperoleh dengan memblender atau menumbuk 1 kg batang kenikir yang dilarutkan dalam 1 liter air. Sedangkan untuk aplikasinya yaitu dengan cara mencampur larutan hasil tumbukan kenikir tersebut dalam 20 liter air. Kenikir tidak disukai nematoda karena mengandung bioaktif seperti piperiton dan terrhienil yang bersifat antagonis terhadap nematoda.

MELAWAN MILDEW DENGAN SUSU Mildew atau penyakit tepung sering ditemukan pada tanaman tomat, melon, dan cabai. Penyakit yang disebabkan oleh jamur Oidium Tingitanium itu memang tidak terlalu merugikan tetapi perlu diwaspadai dan dikendalikan. Adapun cara sederhana untuk mengendalikan jamur tersebut adalah dengan menggunakan susu. Caranya larutkan air dan susu dengan perbandingan 9:1 semprotkan pada tanaman yang terserang. Enzim pada susu dapat menetralisir mildew.

BAWANG PUTIH ATASI AKAR GADA Cendawan Plasmodiophora brassicae momok bagi pekebun sawi dan anggota famili kubis-kubisan. Tingkat kerugian bisa mencapai 100% akibat penyakit akar gada itu. Jaringan yang terserang menjadi rusak sehingga pengankutan air dan zat hara menjadi terganggu. Rotasi tanaman saja tidak cukup lantaran cendawan dalam tanah mampu bertahan hingga 20 tahun. Adapun cara pengendalian sederhana dapt menggunakan umbi bawang putih. Caranya Haluskan dan larutkan umbi bawang putih dalam air bersih. Sebelum disemai rendam benih dalam larutan itu selama 15 menit.

EUGENOL CENGKEH SEBAGAI POLISI TANAMAN Eugenol yang terkandung dalam gagang, daun, dan bunga cengkih berpeluang menjadi Pestisida Nabati. Penelitian Balittro membuktikan produk pestisida dari cengkih paling efektif mengatasi Cendawan, Bakteri, dan Nematoda pengganggu tanaman dibanding tanaman lainnya. Eugenol dan turunannya sudah lama diketahui memiliki efek Anti Cendawan, Anti Bakteri, Anti rematik, dan Antiseptik. Hasil uji laboratorium, eugenol juga toksik bagi cendawan patogenik tanaman.
Diantaranya Fusarium Oxysporum, Phytopthora Capsici, Rigidoporus Lignosus, Rhizoctania Solani, Sclerotium rolfsii, serta Pseudomonas Solanacearum. Sedangkan Pestisida nabati berbahan aktif minyak cengkih dalam bentuk emulsi dan bubuk kini sudah diformulasikan.

Diantaranya MBC 10 BC, EGL 10 EC, MBC 4 WP, EGL 4 WP, dan EGL 10 WP dan Metil Eugenol sebagai bahan untuk menarik lalat buah. Serasah daun, bubuk daun, gagang dan bunga, hingga minyak cengkih semuanya mengandung senyawa eugenol. Karena itu produk berbahan baku cengkih tersebut dapat diaplikasikan sebagai Fungisida, Bakterisida, Nematisida, dan Insektisida.
Pada lada bubuk cengkih dapat mengendalikan busuk pagkal batang Phytopthora Capsici 65% hingga 75% sehingga hasil panen bisa meningkat hingga 2,5 kali dan juga sebagai nematisida Radopholus similes dan Meloidogyne incognita pada tanaman tersebut. Pengujian pada jahe, nilam, dan kentang membuktikan, minyak dan bubuk cengkih mampu menekan pertumbuhan Pseudomonas solanacearum dan pada konsentrasi aagak tinggi mampu mematikan.

Pertumbuhan bakteri terhambat dengan menggunakan bubuk daun, gagang dan bunga pada konsentrasi 500 – 1.000 ppm. Pada konsentrasi 4.000 - 7000 ppm bakteri tidak tumbuh. Sedang dengan menggunakan eugenol pada konsentrasi 100 – 300 ppm pertumbuhan bakteri terhambat. Di bali serasah dan bubuk daun cengkih digunakan untuk menanggulangi infeksi busuk batang Fusarium Oxysporum. Hasilnya mampu menekan infeksi hingga 85%.
Sebagai Pestisida nabati produk dari cengkih mudah diaplikasikan oleh petani. Dengan dosis bubuk atau seresah daun, gagang dan bunga 150 – 200 gram per tanaman cukup untuk mengendalikan patogen tanah. Aplikasinya taburkan bubuk cengkih merata di lubang tanam sekitar tajuk.
Sedang untuk mengendalikan cendawan dan hama, semprotkan 0,3-0,6% larutan minyak cengkih. Namun karena minyak cengkih tidak larut dalam air perlu ditambahkan terpentin atau detergen dengan konsentrasi 10 %. Jika daun yang dipakai, buat ekstraknya sebelum disemprotkan Caranya; 10 kg daun basah dikeringkan, lalu ditumbuk halus. Bubuk daun cengkih kemudian ditambah 19 liter air. Aduk sampai rata, lalu tambahkan 20 gram detergen. Aduk dan biarkan selama 2 hari.

Setelah disaring larutan pestisida itu siap digunakan untuk lahan 1-2 ha. Waktu menyemprot pakai 1 – 1,5 liter larutan ditambah 20 liter air. Untuk membuat formulasi bubuk, ambil 20 kg daun atau bunga cengkih kering, kemudian ditumbuk halus, lalu diayak. Campur dengan 1-2 g ram ditergen bubuk diaduk rata kemudian disimpan. Untuk penggunaan ambil 1-1,5 kg pestisida bubuk dan larutkan dalam 20 liter air.

 Selain sebagai pestisida nabati daun cengkih juga mengandung N, P, K, Mg, Fe dan Ca dengan kadar cukup tinggi. Karena itu produk cengkih ini juga cocok dipakai sebagai pupuk organik plus. Fermentasi pupuknya dibuat dengan mencampur 1 bagian pupuk organik dengan 3 bagian daun cengkih. Biarkan selama 1-2 bulan sebelum dipakai.

ECENG GONDOK SEBAGAI PUPUK ORGANIK Eceng gondok kaya akan asam humat “senyawa yang menghasilkan fitohormon yang mempu mempercepat pertumbuhan akar tanaman” eceng gondok juga mengandung asam sianida, triterpenoid, alkaloid, dan kaya akan unsur Calsium. Untuk pengolahan dapat digunakan acetobacter atau lainnya untuk mempercepat dekomposisi. Bakteri tersebut dicampur dengan molase dengan perbandingan 1 : 1 selama sepekan. Master bakteri tersebut siap digunakan setelah berbentuk kapang. Langkah selanjutnya eceng gondok yang diambil dari kolam dicincang atau digiling halus. Bahan kemudian dicampur dengan 10% dedak dan master bakteri selanjutnya campuran disimpan di bak yang dialasi plastik dan ditutup karung goni selama 4 hari. Suhu akan meningkat hingga 50C yang menandakan proses fermentasi sedang berlangsung. Fermentasi dianggap selesai apabila suhu sudah turun menjadi 30C.

LEBIH AMAN DENGAN BIOPESTISIDA Bio pestisida adalah penggunaan pestisida dengan bahan baku utama mikroorganisme. Contoh bakteri, virus, dan cendawan. Berbeda dengan hama yang merugikan petani, pasukan biopestisida ini bertugas menyerang hama tertentu. Hama yang terkena semprotan biopestisida ini akan terhambat perkembangannya bahkan bisa mati. Namun demikian dalam penggunaannya memerlukan lingkungan khusus. Contoh biopestisida ini adalah Cendawan Verticillium lecani digunakan untuk mengendalikan kutu putih, aphids, thrips, dan mites. Tak hanya itu sejenis nematoda yang disebut larvanem juga banyak dipilih untuk mengontrol larva black vine dan kutu kebul. Biopestisida berbahan aktif bakteri sudah duluan terkenal ketimbang mikroorganisme lainya. Bacillus thuringensis (Bt) adalah jenis paling populer yang banyak digunakan untuk mengendalikan ulat pemakan daun di sayuran dan buah-buahan.

EFFECTIVE MICROORGANISM (EM) EM banyak digunakan untuk mendukung kehidupan sehari-hari dan digunakan untuk beberapa tujuan antara lain membuat pakan ayam, menjernihkan air limbah, mengendalikan hama dan penyakit tanaman, menghilangkan bau dipeternakan, memproses obat tradisional dan sebagaianya. Sebagai contoh EM dicampur alkohol, tetes dan tanaman toga dapat digunakan sebagai pestisida. Fungsi EM pada dasarnya adalah untuk memfermentasikan bahan organik dalam tanah. Hasil fermentasi ini berupa gula, alkohol, vitamin, asam laktat, asam amino dan senyawa organik lainnya. Sedangkan dalam EM tersebut mwngandung mikroorganisme yang sangat berguna yaitu;

Bakteri fotosintesis. Bakteri tersebut mensintesis Nitrogen, gula, dan senyawa bioaktif lainnya. Caranya dengan mengambil hasil sekresi, bahan organik dan gas berbahaya, hasil metabolismenya langsung dapat diserap oleh tanaman. Atau sebagai bahan untuk menumbuhkan mikroorganisme lainnya yang berguna bagi tanaman.
Lactobacillus yang merupakan sterilisan yang kuat, lactobacillus dapat menekan beberapa mikroorganisme berbahaya dan mendokomposisi bahan organik dengan cepat. Selanjutnya ragi. Yang ini mampu memproduksi senyawa berguna bagi tanaman melalui proses fermentasi.

Actinomycetes, ini mengubah asm amino dan senyawa lainnya yang diproduksi bakteri fotosintesis menjadi antibiotik bagi tanaman. Fungsi antibiotik adalah mengontrol patogen dan menekan pertumbuhan cendawan berbahaya dengan memecah chitin cendawan. Bakteri ini menciptakan lingkungan ideal untuk pertumbuhan bakteri menguntungkan lainnya. Cendawan fermentasi yang berfungsi mendekomposisi bahan organik untuk memproduksi alkohol ester dan senyawa antimikroba. Cendawan ini dapat mengontrol bau dan mencegah serangan hama.

BUNGA KRISAN SEBAGAI INSEKTISIDA Rahasia bunga ini karena terdapat kandungan zat piretrin sebagai racun hama dan lalat buah. Sebagai contoh untuk insektisida organik adalah dengan cara bunga krisan sebanyak 25 gr dihancurkan hingga menjadi serbuk kemudian serbuk itu dilarutkan dalam 10 liter air. Hasil campuran dicampur dengan 10 cc detergen cair atau sabun colek. Setelah diendapkan selama semalam dain disaring dengan kain halus, larutan disemprotkan. Larutan ini salah satunya digunakan untuk memberantas hama kobis. Zat piretrin dalam bunga krisan berfungsi untuk merusak sistem syaraf hama. Efeknya akan makin hebat bila suhu disekitarnya menurun ”piretrin bersifat negatif dengan suhu” di alam ia bekerja mirip insektisida sintesis DDT. Dari hasil penelitian makin tinggi tempat penanaman bunga krisan makin tinggi pula kandungan zat piretrinya sehingga akan lebih cepat mematikan. Namun demikian dari hasil penelitian kandungan zat itu hanya terdapat pada tepung bunga. Dengan konsentrasi 0,5% tepung bunga krisan mampu membunuh serangga gudang lebih dari 90% dari total populasi.

Kulit Pisang sebagai Pupuk Organik Kulit Pisang yang selama ini kita biarkan terbuang begitu saja ternyata mengandung unsur kimia yang baik untuk pupuk yaitu Fosfor, Magnesium, Sulfur, dan Sodium. Cara penggunaan : Untuk tanaman hias (dalam pot) : kulit pisang dipotong-potong kemudian potongan dipendam disekitar tanaman. Untuk tanaman pertanian (lahan sawah) : Cara 1. Kulit pisang di blender (dihaluskan) sampai menjadi cairan (10 Kg kulit pisang dicampur 10 Liter Air) rendam selama satu malam, air hasil rendaman disaring dengan kain. 1 Liter hasil saringan dapat dicampur 10 liter air semprotkan ke tanah sekitar tanaman. Cara 2. Kulit pisang di potong kecil-kecil, kemudian dikomposkan bersama tanah baru ditebar seperti pupuk pada umumnya.
Lokasi: Rancaekek, Bandung, Jawa Barat, Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar